Senin, 28 Januari 2019

Published Januari 28, 2019 by with 24 comments

Makna tradisi pawai ogoh ogoh di Bali


Makna Tradisi Pawai Ogoh-Ogoh di Perayaan Malam Nyepi 2018


Sejumlah pemuda mengarak Ogoh-Ogoh menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940 di Desa Tegalalang, Gianyar, Bali, Kamis (15/3/18). ANTARA FOTO/Wira Suryantala.

Sejumlah pemuda mengarak Ogoh-Ogoh
menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940
di Desa Tegalalang, Gianyar, Bali, Kamis (15/3/18).

 












Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 akan diperingati masyarakat beragama Hindu pada Sabtu esok, 17 Maret 2018. Menyambut hari suci ini, ratusan ogoh-ogoh biasanya akan diarak dalam parade untuk memeriahkan malam pangerupukan Nyepi, tak terkecuali di Kota Denpasar, Bali pada hari ini, Jumat (16/3/2018).

Ogoh-ogoh tersebut tampak dalam berbagai bentuk dan ukuran menyerupai buta kala, atau makhluk mitologis Bali. Mereka berjejer di sepanjang jalan di Kota Denpasar dan sekitarnya setelah dikeluarkan dari balai banjar, tempat pembuatan ogoh-ogoh, pada Jumat paginya. 

Karya seni ini biasanya dibuat oleh para pemuda banjar selama sebulan lebih sebelum perayaan Nyepi. Raksasa ini dibuat secara rumit dari kertas berwarna, potongan kaca, suede, perada, bambu, dan bahan lainnya. Dibuat dengan teliti, ogoh-ogoh lebih dari sekedar patung, mereka tampak hidup. 


Ogoh-ogoh ini mewakili roh jahat dan ditujuan untuk menyucikan lingkungan alami dari setiap polutan spiritual yang dipancarkan dari aktivitas makhluk hidup, termasuk manusia, demikian dilansir Digital Journal


Nama ogoh-ogoh berasal dari Bali "ogah-ogah" yang berarti "mengguncang" dan mewakili kejahatan yang perlu dijauhkan dari manusia, seperti dikutip Now Bali. Masyarakat banjar yang ikut konvoi akan mengguncang-guncangkan ogoh-ogoh agar terlihat seperti bergerak dan menari.

Setelah diarak di sekitar kota dan desa, ogoh-ogoh itu nantinya dibakar sebagai simbol pemurnian diri. Dengan membakar ogoh-ogoh, umat Hindu artinya telah siap memperingati Nyepi dalam keadaan suci. 

Di hari kesunyian itu, umat diharapkan untuk diam dan melakukan refleksi diri. Orang-orang tinggal di rumah dan tidak diizinkan untuk menggunakan lampu, menyalakan api, bekerja, bepergian atau menikmati hiburan. Bahkan para turis diminta untuk tidak meninggalkan hotel mereka. 

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Denpasar Komang Sugiarta mencatat sedikitnya 688 ogoh-ogoh yang tersebar di empat kecamatan dan akan diarak saat pangerupukan nanti malam


"Jumlah tersebut baru yang terdaftar saja. Kalau melihat antusiasme warga termasuk ogoh-ogoh yang dibuat anak-anak maupun komunitas tentu melebihi jumlah itu,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara.



Sementara itu, sejumlah petugas kebersihan telah dikerahkan untuk mengatasi sampah setelah arak-arakan ogoh-ogoh selesai. “Sehingga saat merayakan Nyepi, wilayah Kota Denpasar tetap terjaga kebersihannya," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, Ketut Wisada.


dikutip dari :



      edit

24 komentar: